Sejalan dengan perkembangan medis saat ini, tindakan medis untuk mengatasi sakit kanker pun semakin canggih, termasuk untuk menangani diagnosa kanker payudara yang disebut mastektomi. Mastektomi adalah tindakan pembedahan atau operasi untuk mengangkat seluruh tumor dan jaringan pada payudara.
Dokter Spesialis Bedah Onkologi dari Mayapada Hospital Kuningan, dr. Iskandar menyampaikan bahwa mastektomi membawa dampak cukup besar, termasuk terhadap aspek psikologis pasien karena terkait dengan identitas dan kepercayaan diri yang dapat mempengaruhi keharmonisan dengan pasangan.
“Namun seiring berkembangnya teknologi dalam pembedahan untuk kanker payudara, saat ini terdapat jenis operasi kanker payudara yang lebih canggih, dinamakan Breast Conserving Surgery (BCS),” kata dr. Iskandar.
dr. Bayu Brahma, Dokter Spesialis Bedah Onkologi dari Mayapada Hospital Jakarta Selatan menjelaskan, dengan metode BCS, payudara dapat dipertahankan karena hanya menyingkirkan tumor.
“Metode ini dapat dilakukan pada kanker payudara stadium awal dan setelah itu akan diikuti dengan terapi lainnya, seperti radioterapi untuk memastikan bahwa sel-sel kanker yang tersisa sudah hilang dan tuntas,” lanjut dr. Bayu.
Di sisi lain, pada pasien yang tak dapat menjalani BCS dan harus melakukan mastektomi, seluruh jaringan payudara akan diangkat. Pada kasus seperti ini, pasien memiliki opsi untuk merekonstruksi payudara usai mastektomi.
dr. Iskandar mengatakan, rekonstruksi payudara dapat dilakukan bersamaan dengan mastektomi. Hingga kini, ada dua jenis rekonstruksi payudara. Pertama, Immediate Reconstruction, yakni rekonstruksi yang dikerjakan di hari yang sama setelah mastektomi dilakukan.
Kedua, adalah Delayed Reconstruction, yaitu operasi rekonstruksi yang dilakukan di kemudian hari setelah mastektomi. dr. Iskandar mengingatkan, pasien dan dokter harus berdiskusi terlebih dahulu sebelum memutuskan rekonstruksi, antara lain karena alasan medis ataupun sejumlah kondisi tertentu.
“Untuk tekniknya pun bermacam-macam, bisa menggunakan implan payudara, bisa juga dengan jaringan tubuh pasien itu sendiri atau disebut flaps. Flaps bisa menggunakan otot punggung, atau mengambil dari lemak dan otot perut, dan bagian tubuh lainnya,” katanya.
Selain untuk mengangkat tumor di payudara, operasi juga merupakan pilihan untuk mengangkat satu atau lebih kelenjar getah bening. Tujuannya, agar dokter dapat mengetahui jika sel kanker menyebar ke kelenjar getah bening di ketiak, atau mencegah penyebaran sel kanker ke organ lain.
Adapun operasi pengangkatan kelenjar getah bening memiliki dua metode, masing-masing adalah biopsi sentinel (SLNB) dan pengambilan/diseksi kelenjar getah bening (ALND).
SNLB sendiri merupakan prosedur canggih di mana dokter akan menyuntikkan pewarna dan hanya mengangkat kelenjar getah bening di ketiak yang telah menyerap pewarna tersebut. dr. Bayu mengatakan, kelenjar getah bening kemungkinan besar menjadi tempat penyebaran pertama sel kanker.
“Hanya mengangkat satu atau beberapa (tidak seluruhnya) kelenjar getah bening akan menurunkan risiko efek samping yang dapat terjadi setelah pengangkatan kelenjar getah bening seperti pembengkakan lengan (limfedema),” kata dr. Bayu Brahma.
Sementara, ALND yang tidak menggunakan pewarna adalah metode yang lebih konservatif. Pada metode ALND, dokter langsung mengambil banyak kelenjar getah bening, maksimal 20 kelenjar. Tindakan mengangkat kelenjar getah bening itu dapat dilakukan bersamaan dengan mastektomi, atau secara terpisah.
“Namun, pada situasi tertentu di mana fasilitas atau tenaga medis tidak memadai untuk SLNB, ALND tetap bisa menjadi pilihan,” lanjut dr. Bayu Brahma.
Baik Dokter Bayu maupun Dokter Iskandar merupakan dokter ahli yang berpraktik di Oncology Center Mayapada Hospital Jakarta Selatan dan Kuningan, dengan pengalaman menangani kasus-kasus kanker menggunakan teknik atau metode canggih yang tidak dimiliki semua rumah sakit di Indonesia.
Di Mayapada Hospital Jakarta Selatan dan Mayapada Hospital Kuningan, operasi rekonstruksi payudara dan SLNB bisa dilakukan oleh tim ahli dan peralatan canggih.
Oncology Center Mayapada Hospital adalah layanan unggulan yang berfokus pada kasus kanker, mulai pencegahan, deteksi dini, diagnosis, pengobatan, dan terapi berkelanjutan, dengan standar internasional dan tim multidisiplin yang bersinergi, serta selalu memusatkan dan melibatkan pasien di setiap langkah perawatan (patient centric), dan mengutamakan mutu, keselamatan, serta pengalaman pasien (patient experience).
Oncology Center Mayapada Hospital juga menyediakan layanan patient navigator yang beranggotakan tim medis dan penunjang medis untuk mendampingi pasien dalam setiap tahap perawatan, memastikan pasien mendapatkan perawatan yang tepat dan berkualitas. Beragam keunggulan Oncology Center Mayapada Hospital itu akan memberikan hasil terbaik bagi pasien dalam hal ketepatan dan kecepatan pengobatan.
Terlebih, kini Mayapada Hospital Jakarta Selatan juga telah memiliki akreditasi internasional JCI yang menjadi standar tertinggi internasional untuk lembaga kesehatan. Standar akreditasi JCI di Mayapada Hospital Jakarta Selatan diterapkan melalui berbagai layanan unggul, sehingga pasien mendapatkan pengalaman berobat yang aman, nyaman dan memuaskan di setiap tahapan perawatan.
Di layanan Oncology Center Mayapada Hospital, diagnosis kanker pada pasien dapat ditegakkan sesuai standar protokol internasional, dilengkapi tumor board yang aktif dari berbagai multidisiplin untuk mengadakan rencana perawatan yang tepat.