Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merespons kabar pemangkasan anggaran program makan bergizi gratis menjadi sebesar Rp7.500.
Menurut IDAI, anggaran ini cukup untuk membeli tiga butir telur sebagai asupan protein.
Anggaran makan siang gratis disebut bakal dipangkas dari Rp15.000 menjadi Rp7.500. Ketua IDAI Piprim Basarah menilai uang itu bisa dibelikan tiga butir telur.
“Ya mungkin Rp7.500 bisa buat tiga butir telur. Satu butir telur kan Rp2.500-an ya, untuk tambahan protein,” ujar Piprim dalam laporan 20detik.
Hanya saja, tumbuh kembang anak memerlukan gizi seimbang yang tidak cukup dengan protein saja. Piprim berkata jika memang Rp7.500 bisa memenuhi kebutuhan seluruh aspek gizi yang diperlukan anak, tentu tak jadi soal.
“Tapi kalau enggak ya, mungkin enggak cukup anggaran segitu. Jangan sampai hanya cukup untuk beli kerupuk, misal,” ujarnya disusul tawa.
Isu pemotongan anggaran makan siang gratis tengah santer dibahas di masyarakat.
Hal ini berawal dari pernyataan ekonom Verdhana Sekuritas Heriyanto Irawan bahwa pihaknya telah bertemu Tim Gugus Tugas Sinkronisasi Prabowo-Gibran.
Dari pertemuan ini, ada pertimbangan untuk menurunkan biaya makan per hari.
“Setelah dikomunikasikan angka Rp71 triliun, tim ekonomi presiden terpilih memikirkan apakah biaya makanan per hari itu bisa diturunkan lebih hemat dari Rp15 ribu ke Rp9 ribu atau Rp7.500. Bisa kita pahami tentunya mereka mau program itu menyentuh lebih banyak rakyat,” ujar Heriyanto.
Di sisi lain, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy berkata anggaran masih digodok. Namun menurut dia angka Rp7.500 dinilai cukup.
Bahkan, lanjut dia, angka ini terbilang besar untuk daerah tertentu karena harga jual bahan pangan berbeda-beda tiap daerah.
“Untuk daerah tertentu, memang mungkin kecil, karena itu nanti pasti akan dilihat dari sisi tingkat kemahalan masing-masing daerah,” katanya.