Kisah Gus Dur di Istana, Akrab dengan Sayur Lodeh dan Lele Goreng

Kisah Gus Dur di Istana, Akrab dengan Sayur Lodeh dan Lele Goreng

Hidup di istana tak selalu seindah cerita negeri dongeng. Sekelas Gus Dur saja berkutat dengan menu yang itu-itu saja termasuk sayur lodeh dan lele goreng.

Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid alias Gus Dur mengalami masa peralihan dari Istana Merdeka yang kosong jadi istana yang hidup dan berpenghuni.

Putri ketiga Gus Dur, Inayah Wahid, bercerita saat itu ayahnya menetapkan kebijakan agar istana difungsikan kembali.

“Gus Dur pilih tinggal di istana. Beliau selalu bilang, ‘Kamu bisa bayangin enggak dari Ciganjur ke istana tiap pagi. Berapa banyak orang yang kesel, diblok jalannya buat Presiden doang. Kita kerja buat mereka kok nyusahin mereka’,” kenang Inayah dalam bincang bersama Indonesian Gastronomy Community (IGC) di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Kamis (15/8).

Tinggal di istana yang awalnya tak berpenghuni mengandung aneka konsekuensi, salah satunya perlengkapan dapur yang serba terbatas. Inayah berkata di awal mereka sekeluarga pindah, tak ada makanan tersedia sehingga harus membeli makan di luar istana.

Menu makanan pun berputar pada menu yang serupa antara sayur lodeh, lele goreng, sayur asem, dan tempe goreng.

“Malam ini sayur lodeh sama lele goreng. Besok sayur asem sama tempe. Besok sayur lodeh sama tempe. Muter gitu terus. Saking belum ada layanan ojek online yah,” kata Inayah disusul tawa.

Meski demikian, Gus Dur adalah seorang pecinta makanan. Inayah menuturkan makanan memang sudah jadi bahasa cinta keluarga besar Wahid.

Makan bersama keluarga saja menunya seperti menu kenduri (perjamuan makan dalam rangka peringatan peristiwa tertentu, meminta berkah atau mengucap syukur).

Menurut Inayah, Gus Dur layaknya bank data tempat makan enak di Jakarta dan Jawa Timur. Penglihatannya memang tidak seperti orang pada umumnya, tapi ia bisa memberikan petunjuk detail letaknya.

Buat Gus Dur, pangan bisa jadi medium politik. Dari data dan informasi yang ditemukan Inayah tentang ayahnya, sebenarnya ide, gagasan besar tentang bangsa itu tak melulu lahir dari konferensi atau diskusi besar dan berat.

“Di era pra-istana (sebelum Gus Dur tinggal di istana) lebih banyak gagasan dan ide tentang negara ini dibangunnya di kios tukang sate, warung soto, samping gerobak bakmi,” ujarnya.

Begitu masuk istana, Gus Dur ingin istana jadi tempat yang dekat dengan masyarakat, salah satunya lewat menu sajiannya.

Inayah teringat saat menemani ibunya, Shinta Nuriyah Wahid, menemui tamu dari suatu kelompok seni dari Jawa. Mereka disuguhi menu makanan lokal yang jadi fokus utama istana.

“Mereka makan terus ngomong sama sebelahnya, ‘Jauh-jauh ke istana makanannya kayak di rumah. Yah istana feels like home,” kata Inayah sembari tertawa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Attention Required! | Cloudflare

Sorry, you have been blocked

You are unable to access adudukotak.xyz

Why have I been blocked?

This website is using a security service to protect itself from online attacks. The action you just performed triggered the security solution. There are several actions that could trigger this block including submitting a certain word or phrase, a SQL command or malformed data.

What can I do to resolve this?

You can email the site owner to let them know you were blocked. Please include what you were doing when this page came up and the Cloudflare Ray ID found at the bottom of this page.